A. Pengantar
Pada abad ke-6 perdagangan antara Arab dan Cina
sangat berkembang melalui Caylon. Pada abad ke-7 perdagangan segi tiga antara
Arab-Cina-Persia makin berkembang lagi dan kota Siraf di Teluk Persia merupakan
pusat bursa bagi para pedagang Cina.
Pada periode ini bersamaan dengan
Dinasti Tang di Cina (618-907 M) dan pertama kali nama Arab di sebut-sebut
dalam tarikh Cina. Mereka mencatat kekuasaannya Islam di Madinah dan dengan
ringkas juga menggambarkan keadaan agama baru itu.[1] Dari
sinilah cikal bakal berkembangnya islam di Cina yang smpai saat ini kita
menyaksikan sampai 39,1 juta[2] penduduk
islam di cina.
B. Pembahasan
1. Etnis
di Cina
Menurut sensus
tahun 2000, sepuluh kelompok etnis muslim tradisional terbesar di Cina adalah
etnis Hui (9,8 juta menurut sensus tahun 2000, atau 48% dari jumlah muslim yang
ditabulasi secara resmi). Sembilan lainnya, secara berturut-turut, adalah Uyghurs
(8.4 juta, 41%), Kazakhs (1,25 juta, 6,1%), Dongxiang (514 ribu, 2.5%), Kirghiz
(161 ribu), Salar (105 ribu), Tajiks (41 ribu), Bonan (17 ribu), Uzbek (12
ribu), dan Tatar (5 ribu). Namun demikian, anggota individual kelompok etnis
tradisional mungkin memeluk agama lain atau tidak beragama sama sekali,
sementara penganut Islam mungkin juga ditemukan di antara kelompok-kelompok
non-Muslim tradisional (satu contoh adalah etnis Kache, yang secara etnis orang
Tibet). Orang-orang Islam terutama tinggal di daerah-daerah yang berbatasan
dengan Asia Tengah, Tibet, dan Mongolia, yaitu Xinjiang, Ningxia, Gansu and
Qinghai, yang dikenal sebagai Wilayah Quran (the Quran Belt).
2. Sejarah
Masuk dan Berkembangnya Islam di Cina
Agama
Islam di Percaya telah sampai ke China sejak lebih dari 1400 tahun yang lalu.
Nabi Muhammad Saw., sebelum memulai penghijrahan dari Mekkah ke Madinah telah
lebih dulu mengantar beberapa orang sahabatnya pergi berdakwah ke cina.
Diantaranya adalah Saad bin Abdul Qais, Qais bin Abu Hudhafah, Urwah bin
Uththan, dan Abu Qais bin Al-Harits. Misi dakwah yang dilaksanakan mereka
berhasil melahirkan lebih 136 juta umat Islam yang ada di China hari ini.
Jumlah ini jauh lebih besar dari angka yang di
berikan oleh pihak kerajaan China. Menurut data 1990, jumlah umat Islam di
China hanya sekitar 17 juta orang saja. Bagaimanapun, pendataan ini menimbulkan
banyak keraguan karena umat Islam membentuk penduduk majoriti di sebagian besar
wilayah China, seperti Xinjiang, Gansu, Hubel, Qinghai dan Yunan.
Walaupun tidak
ada catatan yang tepat mengenai tahun kedatangan Islam di China, Catatan dari
Dinasti Tang telah menjelaskan bahwa telah terjalin hubungan diplomatic antara
pemerintahan China dengan pemerintahan Khulafa` Ar-Rasyidin, yaitu Sayidina
Ustsman bin Affan. Catatan itu menyebutkan, pada awal pemerintahan dinasti Tang
telah sampai orang asing ke China dari Madinah, Annam, dan Kamboja. Tiga orang
asing yang berasal dari Madinah telah menyembah langit tanpa tugu dan patung di
dalam Masjid. Mereka juga tidak memakan daging babi, tidak meminum arak, dan
menyembelih hewan sebelum memakannya. Mereka kemudian menetap di Canton dan mendirikan
tempat yang menarik. Mereka berniaga dan amat patuh pada pimpinan yang mereka
pilih. Orang asing yang di ialah pedagang Arab yang telah membentuk suatu
komunitas yang cukup penting di Canton.
Pada
pemerintahan dinasti Tang, telah terjadi pemberontakan. Pemberontakan An Xi
yang terjadi tahun 755 Masehi menyebabkan kerajaan China berada dalam keadaan
kacau. Para pemberontak telah menguasai beberapa kota besar dan wilayah. Hal
itu memaksa pemerintahan dinasti Tang, tang Zuan Zong, melarikan diri ke wilayah
Sincuan.
Pemberontakan
itu telah menimbulkan kesadaran kepada
dinasti Tang berikutnya, betapa pentingnya untuk menjalin hubungan dengan
kerajaan Islam. Melalui hubungan yang terjalin itu, kerajaan Islam yang
berpusat di Arab telah membantu dinasti Tang menghapuskan pemberontakan dan
memulihkan keamanan di China. Untuk menghargai jasa dan bantuan yang di
berikan, kerajaan dinasti Tang mengijinkan tentara tentara Islam tinggal di
daerah Fang.
Di bawah Era
pemerintahan dinasti Tang, Islam berkembang pesat di China. Setelah
pemberontakan An Xi berhasil di tumpaskan, Cina berada dalam keadaan yang
damai, dan menyebabkan Negara itu menjadi pusat perdagaan dan kegiatan ekonomi.
Islam Pada Masa Kerajaan Dinasti Song
Hubungan baik
di antara pihak pemerintahan dengan umat Islam di teruskan oleh kerajaan
dinasti Song yang menggantikan dinasti Tang. Bahkan, hubungan dengan kerajaan
di Arab terus di kokohkan dengan datangnya para pedagang Arab dan Parsi yang
membanjiri kota kota besar. Para pedagang dan saudagar Arab telah menggunakan
tempat yang di berikan untuk mendirikan Masjid di Guang Zhou, sebuah wilayah
yang terletak di selatan China.
Salah satu Masjid tertua yang masih ada dan di
gunakan sebagai tempat untuk beribadah ialah Masjid Nujie. Masjid ini dibangun
tahun 996 Masehi sewaktu China berada dibawah pemerintahan dinasti Song. Masjid
itu memperlihatkan ciri budaya dan kesenian China, yang membedakan dengan bangunan
China yang lain adalah hiasan kaligrafi dan tulisan Arab yang memenuhi seluruh
ruangan Masjid itu. Disanalah masih menyimpan naskah tulisan tangan dan dua
makam ulama yang tersohor pada zaman pemerintahan Kubilai Khan. Sewaktu bangsa
Mongol memerintah Negara China, kerajaannya dikenal sebagai dinasti Yuan.
Islam Pada Masa
Kerajaan Dinasti Yuan
Dinasti Yuan terus memelihara hubungan baik dengan
suku-suku nomad lain dari Mongolia. Penguasa Mongol dari Dinasti Yuan menaikkan
status muslim terhadap orang Cina, dan menempatkan beberapa orang asing dan
muslim Cina non-Han dalam pos-pos tingkat tinggi menggantikan sarjana-sarjana
pribumi Konghucu, menggunakan
banyak muslim dalam pemerintahan Cina. Negara
membangkitkan semangat imigrasi muslim, seperti Arab, Persia dan Turki ke Cina
selama period ini. Ini merupakan bagian strategi yang lebih besar dari dinasti
Mongol untuk memecah orang-orang dari kelas administratif. Selain itu, Cina
pribumi dan keturunannya dikirim ke luar Cina untuk memerintah Kekaisaran
Mongol, meliputi Asia Barat, Rusia, dan India (seperti Dinasti Mughal) beberapa
abad berturut-turut. Pada abad ke-14, total penduduk muslim di Cina sebanyak
4,000,000. Batu nisan pertama berbahasa Arab berangka tahun 1171 M digali di
Quanzhou.Setelah Dinasti ini runtuh kemudian diganti dengan Dinasti Ming.
Islam Pada Masa
Kerajaan Dinasti Ming
Pada masa ini Muslim terus berkembang di Cina.
Selama pemerintahan Ming, ibu kota Nanjing, merupakan pusat pembelajaran Islam.
Selama masa ini muslim mengadopsi budaya Cina. Kebanyakan dari mereka menjadi
fasih berbahasa Cina dan mengadopsi nama-nama Cina. Akibatnya, muslim menjadi
“seolah-olah tidak bisa dipisahkan” dari Cina. Masjid-masjid di Nanjing tercatat
dalam dua inskripsi dari abad ke-16. Namun, imigrasi melambat secara drastis, dan
muslim Cina menjadi semakin terisolasi dari dunia Islam, perlahan-lahan menjadi
lebih Cina, mengadopsi bahasa Cina dan pakaian Cina. Selma periode ini, muslim
juga mulai mengadopsi nama panggilan Cina. Satu dari nama keluarga muslim yang
cukup populer adalah Ma, kependekan dari Muhammad. Dinasti Ming melihat
kejatuhan yang cepat populasi muslim di pelabuhan-pelabuhan laut. Ini karena
penutupan semua pelabuhan dagang laut dengan dunia luar.Namun ia juga melihat
penunjukan jenderal militer muslim seperti Mu Ying dan Chang Yuchun yang
melakukan operasi militer ke Yunan dan Shandong Tengah. Dua wilayah ini menjadi
pusat pengajaran Islam di Cina.
Islam Pada Masa
Kerajaan Dinasti Qing
Munculnya Dinasti Qing (1644-1911) membuat hubungan
Muslim dan Cina lebih sulit. Status orang-orang Islam jatuh, dan terjadinya
pemberontakan seperti Pemberontakan
Panthay. Pemberontakan Muslim bermunculan selama Dinasti Qing dalam mereaksi
kebijakan yang represif. Dinasti ini melarang ritual penyembelihan binatang,
diikuti oleh pelarangan pembangunan masjid-masjid baru dan beribadah haji ke Mekah.
Penguasa Qing adalah Manchu, bukan Han, dan mereka sendiri sebuah minoritas di
Cina. Mereka menerapkan taktik pecah-belah dan penaklukan untuk memelihara
konflik antara Muslim, Hans, Tibet, dan Mongol. Namun, bahkan dalam Dinasti
Qing, Muslim memiliki banyak masjid di kota- kota besar, terutama di Beijing,
Xi’an, Hangzou, Guangzhou, dan di tempat-tempat lain (selain di wilayah-wilayah
muslim di sebelah barat). Arsitekturnya bergaya Cina tradisional, dengan
inskripsi berbahasa Arab. Ketika perjalanan antara Cina dan Timur Tengah
semakin mudah, Sufisme tersebar di seluruh Cina Barat Laut pada awal dekade
Dinasti Qing (pertengahan abad ke-17 hingga awal abad ke-18).
Toriqoh yang sangat penting meliputi: Qodiriyyah,
didirikan di Cina oleh Qi Jingyi, juga dikenal sebagai Hilal al-Din
(1656-1719), siswa guru sufi terkenal di Asia Tengah, Khoja Afaq dan Kjoja
AbdAlla. Ia dikenal di antara Sufi-sufi Hui seperti Qi Daozu Guru Besar Qi
jingyi. Kompleks makam suci di sekitar kuburan besar di Linxia merupakan pusat
Qodiriyyah di Cina.Khufiyya: thoriqoh Naqsabandiyyah. Jahriyya: thoriqoh
Naqsabandiyyah yang dibentuk oleh Ma Mingxin.
C. Kesimpulan
dan Penutup
Masih ada ketimpangan dan ketidakjelasan dari sejarah
mengenai masuknya islam ke Cina. Ada yang mengatakan Islam masuk ke permukaan
Cina dibawa oleh orang-orang Arab
melalui jalur perdagangan. Ada pula yang menyebutkan ketika Rasulullah SAW
sebelum hijrahnya ke Madinah, beliau
mengantar beberapa sahabatnya berdakwah ke negeri Cina. Namun yang pasti
bisa kita simpulkan bahwa Islam masuk ke permukaan Cina di bawa oleh orang
Arab.
Perkembangan Islam di Cina sangat pesat melalui
kerajaan-kerajaan yang memimpin pada saat itu. Mulai dari kerajaan/
pemerintahan dinasti Tang sampai pada kerajaan Dinasti Qing meskipun pada waktu
pemerintahan dinasti Qing adanya konflik atau pemberontakan-pemberontakan yang
mengakibatkan kaum muslimin jatuh.
Namun di sisi lain Islam masih exis yang dibuktikan
dengan adanya masjid-masjid pada waktu itu, sampai saat ini pun kita mengetahui
bahwa islam sangat banyak di negeri Cina mencapai 39,1 jtan.
DAFTAR
PUSTAKA
Drs.H.A Nawawi
Rambe. 1981. Ulama-Ulama Pembawa Islam di Nusantara dan Sekitarnya.
Jakarta
Shihab, Alwi.
2001. Islam Sufistik: "Islam
Pertama" dan Pengaruhnya hingga Kini di Indonesia. Bandung:
Mizan.
http://www.islamawareness.net/Asia/China/islchina.html
(http://islamlib.com/id/index.php?page=article&id=582).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar