Total Tayangan Halaman

Sabtu, 06 April 2013

islam di Cina



A.    Pengantar
Pada abad ke-6 perdagangan antara Arab dan Cina sangat berkembang melalui Caylon. Pada abad ke-7 perdagangan segi tiga antara Arab-Cina-Persia makin berkembang lagi dan kota Siraf di Teluk Persia merupakan pusat bursa bagi para pedagang Cina.
            Pada periode ini bersamaan dengan Dinasti Tang di Cina (618-907 M) dan pertama kali nama Arab di sebut-sebut dalam tarikh Cina. Mereka mencatat kekuasaannya Islam di Madinah dan dengan ringkas juga menggambarkan keadaan agama baru itu.[1] Dari sinilah cikal bakal berkembangnya islam di Cina yang smpai saat ini kita menyaksikan sampai 39,1 juta[2] penduduk islam di cina.
B.     Pembahasan
1.      Etnis di Cina
Menurut sensus tahun 2000, sepuluh kelompok etnis muslim tradisional terbesar di Cina adalah etnis Hui (9,8 juta menurut sensus tahun 2000, atau 48% dari jumlah muslim yang ditabulasi secara resmi). Sembilan lainnya, secara berturut-turut, adalah Uyghurs (8.4 juta, 41%), Kazakhs (1,25 juta, 6,1%), Dongxiang (514 ribu, 2.5%), Kirghiz (161 ribu), Salar (105 ribu), Tajiks (41 ribu), Bonan (17 ribu), Uzbek (12 ribu), dan Tatar (5 ribu). Namun demikian, anggota individual kelompok etnis tradisional mungkin memeluk agama lain atau tidak beragama sama sekali, sementara penganut Islam mungkin juga ditemukan di antara kelompok-kelompok non-Muslim tradisional (satu contoh adalah etnis Kache, yang secara etnis orang Tibet). Orang-orang Islam terutama tinggal di daerah-daerah yang berbatasan dengan Asia Tengah, Tibet, dan Mongolia, yaitu Xinjiang, Ningxia, Gansu and Qinghai, yang dikenal sebagai Wilayah Quran (the Quran Belt).
2.      Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Cina
      Agama Islam di Percaya telah sampai ke China sejak lebih dari 1400 tahun yang lalu. Nabi Muhammad Saw., sebelum memulai penghijrahan dari Mekkah ke Madinah telah lebih dulu mengantar beberapa orang sahabatnya pergi berdakwah ke cina. Diantaranya adalah Saad bin Abdul Qais, Qais bin Abu Hudhafah, Urwah bin Uththan, dan Abu Qais bin Al-Harits. Misi dakwah yang dilaksanakan mereka berhasil melahirkan lebih 136 juta umat Islam yang ada di China hari ini.
 Jumlah ini jauh lebih besar dari angka yang di berikan oleh pihak kerajaan China. Menurut data 1990, jumlah umat Islam di China hanya sekitar 17 juta orang saja. Bagaimanapun, pendataan ini menimbulkan banyak keraguan karena umat Islam membentuk penduduk majoriti di sebagian besar wilayah China, seperti Xinjiang, Gansu, Hubel, Qinghai dan Yunan.
Walaupun tidak ada catatan yang tepat mengenai tahun kedatangan Islam di China, Catatan dari Dinasti Tang telah menjelaskan bahwa telah terjalin hubungan diplomatic antara pemerintahan China dengan pemerintahan Khulafa` Ar-Rasyidin, yaitu Sayidina Ustsman bin Affan. Catatan itu menyebutkan, pada awal pemerintahan dinasti Tang telah sampai orang asing ke China dari Madinah, Annam, dan Kamboja. Tiga orang asing yang berasal dari Madinah telah menyembah langit tanpa tugu dan patung di dalam Masjid. Mereka juga tidak memakan daging babi, tidak meminum arak, dan menyembelih hewan sebelum memakannya. Mereka kemudian menetap di Canton dan mendirikan tempat yang menarik. Mereka berniaga dan amat patuh pada pimpinan yang mereka pilih. Orang asing yang di ialah pedagang Arab yang telah membentuk suatu komunitas yang cukup penting di Canton.
Pada pemerintahan dinasti Tang, telah terjadi pemberontakan. Pemberontakan An Xi yang terjadi tahun 755 Masehi menyebabkan kerajaan China berada dalam keadaan kacau. Para pemberontak telah menguasai beberapa kota besar dan wilayah. Hal itu memaksa pemerintahan dinasti Tang, tang Zuan Zong, melarikan diri ke wilayah Sincuan.
Pemberontakan itu  telah menimbulkan kesadaran kepada dinasti Tang berikutnya, betapa pentingnya untuk menjalin hubungan dengan kerajaan Islam. Melalui hubungan yang terjalin itu, kerajaan Islam yang berpusat di Arab telah membantu dinasti Tang menghapuskan pemberontakan dan memulihkan keamanan di China. Untuk menghargai jasa dan bantuan yang di berikan, kerajaan dinasti Tang mengijinkan tentara tentara Islam tinggal di daerah Fang.
Di bawah Era pemerintahan dinasti Tang, Islam berkembang pesat di China. Setelah pemberontakan An Xi berhasil di tumpaskan, Cina berada dalam keadaan yang damai, dan menyebabkan Negara itu menjadi pusat perdagaan dan kegiatan ekonomi.


Islam Pada Masa Kerajaan Dinasti Song

Hubungan baik di antara pihak pemerintahan dengan umat Islam di teruskan oleh kerajaan dinasti Song yang menggantikan dinasti Tang. Bahkan, hubungan dengan kerajaan di Arab terus di kokohkan dengan datangnya para pedagang Arab dan Parsi yang membanjiri kota kota besar. Para pedagang dan saudagar Arab telah menggunakan tempat yang di berikan untuk mendirikan Masjid di Guang Zhou, sebuah wilayah yang terletak di selatan China.
Salah satu Masjid tertua yang masih ada dan di gunakan sebagai tempat untuk beribadah ialah Masjid Nujie. Masjid ini dibangun tahun 996 Masehi sewaktu China berada dibawah pemerintahan dinasti Song. Masjid itu memperlihatkan ciri budaya dan kesenian China, yang membedakan dengan bangunan China yang lain adalah hiasan kaligrafi dan tulisan Arab yang memenuhi seluruh ruangan Masjid itu. Disanalah masih menyimpan naskah tulisan tangan dan dua makam ulama yang tersohor pada zaman pemerintahan Kubilai Khan. Sewaktu bangsa Mongol memerintah Negara China, kerajaannya dikenal sebagai dinasti Yuan.

Islam Pada Masa Kerajaan Dinasti Yuan

Dinasti Yuan terus memelihara hubungan baik dengan suku-suku nomad lain dari Mongolia. Penguasa Mongol dari Dinasti Yuan menaikkan status muslim terhadap orang Cina, dan menempatkan beberapa orang asing dan muslim Cina non-Han dalam pos-pos tingkat tinggi menggantikan sarjana-sarjana pribumi Konghucu, menggunakan
banyak muslim dalam pemerintahan Cina. Negara membangkitkan semangat imigrasi muslim, seperti Arab, Persia dan Turki ke Cina selama period ini. Ini merupakan bagian strategi yang lebih besar dari dinasti Mongol untuk memecah orang-orang dari kelas administratif. Selain itu, Cina pribumi dan keturunannya dikirim ke luar Cina untuk memerintah Kekaisaran Mongol, meliputi Asia Barat, Rusia, dan India (seperti Dinasti Mughal) beberapa abad berturut-turut. Pada abad ke-14, total penduduk muslim di Cina sebanyak 4,000,000. Batu nisan pertama berbahasa Arab berangka tahun 1171 M digali di Quanzhou.Setelah Dinasti ini runtuh kemudian diganti dengan Dinasti Ming.

Islam Pada Masa Kerajaan Dinasti Ming

Pada masa ini Muslim terus berkembang di Cina. Selama pemerintahan Ming, ibu kota Nanjing, merupakan pusat pembelajaran Islam. Selama masa ini muslim mengadopsi budaya Cina. Kebanyakan dari mereka menjadi fasih berbahasa Cina dan mengadopsi nama-nama Cina. Akibatnya, muslim menjadi “seolah-olah tidak bisa dipisahkan” dari Cina. Masjid-masjid di Nanjing tercatat dalam dua inskripsi dari abad ke-16. Namun, imigrasi melambat secara drastis, dan muslim Cina menjadi semakin terisolasi dari dunia Islam, perlahan-lahan menjadi lebih Cina, mengadopsi bahasa Cina dan pakaian Cina. Selma periode ini, muslim juga mulai mengadopsi nama panggilan Cina. Satu dari nama keluarga muslim yang cukup populer adalah Ma, kependekan dari Muhammad. Dinasti Ming melihat kejatuhan yang cepat populasi muslim di pelabuhan-pelabuhan laut. Ini karena penutupan semua pelabuhan dagang laut dengan dunia luar.Namun ia juga melihat penunjukan jenderal militer muslim seperti Mu Ying dan Chang Yuchun yang melakukan operasi militer ke Yunan dan Shandong Tengah. Dua wilayah ini menjadi pusat pengajaran Islam di Cina.

Islam Pada Masa Kerajaan Dinasti Qing

Munculnya Dinasti Qing (1644-1911) membuat hubungan Muslim dan Cina lebih sulit. Status orang-orang Islam jatuh, dan terjadinya pemberontakan  seperti Pemberontakan Panthay. Pemberontakan Muslim bermunculan selama Dinasti Qing dalam mereaksi kebijakan yang represif. Dinasti ini melarang ritual penyembelihan binatang, diikuti oleh pelarangan pembangunan masjid-masjid baru dan beribadah haji ke Mekah. Penguasa Qing adalah Manchu, bukan Han, dan mereka sendiri sebuah minoritas di Cina. Mereka menerapkan taktik pecah-belah dan penaklukan untuk memelihara konflik antara Muslim, Hans, Tibet, dan Mongol. Namun, bahkan dalam Dinasti Qing, Muslim memiliki banyak masjid di kota- kota besar, terutama di Beijing, Xi’an, Hangzou, Guangzhou, dan di tempat-tempat lain (selain di wilayah-wilayah muslim di sebelah barat). Arsitekturnya bergaya Cina tradisional, dengan inskripsi berbahasa Arab. Ketika perjalanan antara Cina dan Timur Tengah semakin mudah, Sufisme tersebar di seluruh Cina Barat Laut pada awal dekade Dinasti Qing (pertengahan abad ke-17 hingga awal abad ke-18).
Toriqoh yang sangat penting meliputi: Qodiriyyah, didirikan di Cina oleh Qi Jingyi, juga dikenal sebagai Hilal al-Din (1656-1719), siswa guru sufi terkenal di Asia Tengah, Khoja Afaq dan Kjoja AbdAlla. Ia dikenal di antara Sufi-sufi Hui seperti Qi Daozu Guru Besar Qi jingyi. Kompleks makam suci di sekitar kuburan besar di Linxia merupakan pusat Qodiriyyah di Cina.Khufiyya: thoriqoh Naqsabandiyyah. Jahriyya: thoriqoh Naqsabandiyyah yang dibentuk oleh Ma Mingxin.

C.     Kesimpulan dan Penutup
Masih ada ketimpangan dan ketidakjelasan dari sejarah mengenai masuknya islam ke Cina. Ada yang mengatakan Islam masuk ke permukaan Cina  dibawa oleh orang-orang Arab melalui jalur perdagangan. Ada pula yang menyebutkan ketika Rasulullah SAW sebelum hijrahnya ke Madinah, beliau  mengantar beberapa sahabatnya berdakwah ke negeri Cina. Namun yang pasti bisa kita simpulkan bahwa Islam masuk ke permukaan Cina di bawa oleh orang Arab.
Perkembangan Islam di Cina sangat pesat melalui kerajaan-kerajaan yang memimpin pada saat itu. Mulai dari kerajaan/ pemerintahan dinasti Tang sampai pada kerajaan Dinasti Qing meskipun pada waktu pemerintahan dinasti Qing adanya konflik atau pemberontakan-pemberontakan yang mengakibatkan kaum muslimin jatuh.
Namun di sisi lain Islam masih exis yang dibuktikan dengan adanya masjid-masjid pada waktu itu, sampai saat ini pun kita mengetahui bahwa islam sangat banyak di negeri Cina mencapai 39,1 jtan.






DAFTAR PUSTAKA

Drs.H.A Nawawi Rambe. 1981. Ulama-Ulama Pembawa Islam di Nusantara dan Sekitarnya. Jakarta

Shihab,  Alwi. 2001.  Islam Sufistik: "Islam Pertama" dan Pengaruhnya hingga Kini di Indonesia. Bandung: Mizan. 

 http://www.islamawareness.net/Asia/China/islchina.html 

                                      (http://islamlib.com/id/index.php?page=article&id=582). 



[1] Drs.H.A Nawawi Rambe. 1981.hal 221
[2] http://www.sifumirza.com/2009/11/penduduk-islam-dunia-157-billion-orang.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar